mau BISNIS online gratis

Monday, August 23, 2010

Puisi-puisi Arif Fitra Kurniawan

Puisi-puisi Arif Fitra Kurniawan
Selasa, 24 Agustus 2010 | 02:05 WIB
nurjeehan.hadithuna.com
ilustrasi

Arif Fitra Kurniawan mahasiswa STIEPARI-SEMARANG, aktif menulis di blog :http://arifsibijak.multiply.com/, atau duniadibalikjendela.blogspot.com

RUMUS LAIN
1//
Jika jarak adalah
hasil kali waktu dengan kecepatan.
maka cinta adalah
hasil bagi antara rasa menang sendiri
dengan sisa kesabaran.
ia tak terikat
sedang menjauh atau hampir mendekat.

2//
konstruksi bidang segitiga,
menurut para cendekia
merupakan teori terkuat penyangga beban,
melebihi kuasa setengah lingkaran
maka para tukang batu dengan penuh iman,
segera membangun rumah, menara
dan pusat perkantoran.
barangkali cuma cinta,
yang melulu rubuh.
ketika konsep segitiga diterapkan.
tak berdaya berebut perhatian.

3//
jumlah air dalam gelas,
akan berkurang
persis seberat batu yang ditimpakan,
sementara sisanya berceceran.
maka cinta,
selalu saja stagnan.
seberapa ratus ia ditimpa kesalahan.
tak ada sisa.
tak ada jerit kesakitan.
yang ada cuma keinginan memaafkan.

4//
berabad-abad lampau,
manusia berlomba.
membangun kapal dan melakukan ekpedisi.
mencari bukti sebulat apa sebenarnya bumi.
ya, mereka berhasil.
buktinya,
kapal mereka tanpa berbalik arah,
berangkat dan pulang di dermaga yang sama.

sejauh ini, belum ada yang berani memperkirakan
cinta sebenarnya seperti apa.
ia lurus atau melengkung
ia rona gembira atau airmata
ya, semua gagal.
buktinya,
tak pernah ada yang tahu
memulai dan akan mengakhirinya dimana.

***

FORMULIR

besok jangan lupa,
kalau sempat mampir.
bawa serta formulir.
biodata.
foto berwarna.
sebab takdir,
tak sempat mencantumkan
jenis kelamin dari
dosa
dan pahala.

***

KISAH
kisah kita.
serumah dengan duri dan semak.
liar keinginan menyeruak.
membangun pintu-pintu baru.

kisah kita.
apung dimuka ombak.
menampung asam dan tukak.
menumpang dilambung kapal yang retak.

laut mahaharu

adakah pantai.
adakah andai

***

CATATAN
aku adalah waktu-waktu
yang pernah kau tanyakan
jumlah bulatan hitam
pada tanggal kepulangan.

aku adalah panah-panah
dimana taktik.
dendam.
rasa iba.
kulembingkan lengkingnya jauh ke udara.

aku adalah kertas-kertas,
dimana kutemukan,
bulu matamu.
lembab dan berjatuhan
menebalkan semua catatan.

***

IA YANG HILANG ENTAH KE MANA
mencarimu,
kusaksikan
api yang menghamba karat besi.
mematri jari sendiri.
hingga tak satupun arah mampu kutunjuk,
kau di dada sebelah mana ?

disebelah kanan.
tali yang dulu pernah kau ikatkan.
pada perahuku,
yang tersesat jauh ke hulu.
ditipu tepian.

disebelah kiri.
gua sempit tempat pertapa bersemadi.
meniupkan mantra,
makin gelap.
menunggu dua puluh purnama.
keluar dari perut serigala.

keningku makin demam
dirasuki arwah segala tikungan.

***

JARAK

pernah ia minta pada kekasihnya
untuk menghisap sekat.
kekasihnya berkerut kening; untuk apa ?
ia cuma cekikikan,
agar bau badanmu bisa kuikat.
agar kalimat kita bisa saling berhadap.
wajah kekasihnya,
yang menyimpan petasan dan kembang api itu,
tiba-tiba merayakan malam tahun baru.


ia,kekasihnya itu,
betapa mati-matian menghimpit jarak,
mengubah tiap kilo kedalam mikro,
mengatur sendiri skala yang telah dibuat manusia
tapi betapa sunyinya ia,
betapa pipihnya dunia.
tak ada lagi siapa-siapa.
selain ia serta kekasih yang terlanjur terkurung,
dalam rongga iga yang melengkung.

***

KEDATANGAMU
: maryam

1
sengaja kusiapkan kalimat
dari bahan-bahan pilihan,
tanpa bahan pengawet,
agar nanti bisa langsung kita habiskan.
sepanik tukang masak pinggir jalan,
yang meramu bumbu diatas telenan.
ya, katamu lewat telepon tadi,
kau tipikal wanita yang enggan
berkarib dengan takaran.

2
kau datang.
langsung duduk di salah satu meja panjang
penuh bangku-bangku.
semua harus kita habiskan malam ini ?
tanyamu.
bangku bangku kosong di kanan kiri kita,
mendadak berisi tamu undangan.
riuh.
mereka membuatku gemetar.
membuatku lupa menyiapkan kudapan.
oh, mungkin kelewat semangat,
sampai tiap puisi lupa kujuduli.
aku menunduk. penuh rasa bersalah.

3
tangannya, tanganmu maksudku.
merengkuh tengkukku,
menempelkan gambar kecil kupu-kupu.
sentuhan yang begitu memaafkan.
saat anak kecil tak sengaja memecahkan mainan.
lain kali, ajaklah kata-katamu keluar ruangan.
karena ruangan ini,
cuma mengajarimu menghapalkan kata;
kipas angin, langit langit, dan jam dinding.
bisiknya,
sebelum pintu terbuka untuk yang kedua.

***

BAGAIMANA MERAYAKAN KESEDIHAN

tiap pagi kita temukan bau hangus,
tiap pagi kita temukan serpihan abu.
dikamar.
ada saja salah satu dari percakapan kita yang memar,
seperti habis bertukar dengan kata-kata kasar.

berkali kali ini kita bahas,
licin sudah kuas.
menyapu debu dan getar haru.
bagaimana kita merayakan kesedihan.
sayangku. aku kehabisan cara,
selalu gagal membakar airmata.

***

TAFSIR

aku berada di awal undakan.
memikul arah yang berlawanan.
sebuah sajak, ketika kami berpapasan,
menawarkan pada bahuku sebuah ukuran.
sebentar kami bertengkar.
aku bilang; tak pas.
tapi ia bilang; lumayan pantas.

dari jauh, telingaku menangkap berita.
seperti inilah,
hukuman yang mesti ditanggung.
oleh artian yang sering
berjalan sendirian,
bertelinga murung.

No comments:

Post a Comment

pay to click